BASIC COST MANAGEMENT
CONCEPTS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memahami arti biaya dan terminologi yang berkaitan dengan biaya sangatlah
penting dalam mempelajari Akuntansi Manajemen. Pembebanan biaya atas produk,
jasa, pelanggan dan obyek lain yang merupakan salah satu tujuan dari sistem
Informasi manajemen. Oleh karena itu ketepatan pembebanan biaya menghasilkan
informasi yang lebih bermutu yang kemudian dapat digunakan untuk membuat
keputusan yang lebih baik. Selain itu tujuan cost assignment adalah
untuk mengukur dan membebankan biaya-biaya secara akurat dengan menggunakan cost
object (obyek biaya). Keakuratan cost
assignment sendiri tergantung pada traceability (keterlacakan).
Sehingga semakin mudah biaya-biaya dapat dilacak pada suatu objek, semakin
besar keakuratan pembebanan biaya itu sendiri.
1.2 Tujuan Pembelajaran :
Adapun tujuan
pembelajaran konsep dasar manajemen biaya adalah;
a. Menjelaskan proses pembebanan biaya (cost assignment)
b. Menentukan produk berwujud dan tidak berwujud dan menjelaskan perbedaan
definisi biaya produk. (product and
service cost)
c. Menyiapkan laporan laba rugi untuk perusahaan manufaktur dan jasa.
d. Menjelaskan perbedaan Sistem akuntansi manjemen tradisional dan kontemporer.
BAB II
KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN
2.1 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen
Informasi akuntansi manajemen dibutuhkan dan digunakan dalam semua
lingkup manajemen. Informasi akuntansi manajemen membantu para manajer
menjalankan perannya dalam melakukan aktivitas perencanaan, pengendalian dan
pengambilan keputusan. Manajer dan karyawan menggunakan informasi akuntansi. manajemen untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah serta
mengevaluasi kinerja. Informasi akuntansi manajemen dikelola dalam suatu sistem, yaitu sistem
informasi akuntansi manajemen. Sistem informasi akuntansi manajemen adalah
sistem informasi yang menghasilkan output dengan menggunakan input dan
memprosesnya untuk mencapai tujuan khusus manajemen.Tidak ada suatu kriteria
formal yang menjelaskan sifat dari input atau proses, bahkan ouput dari sistem
informasi akuntansi manajemen. Kriteria tersebut bersifat fleksibel dan
tergantung pada tujuan tertentu yang hendak dicapai manajemen. Sistem akuntansi
manajemen mempunyai tiga tujuan utama:
1. Menyediakan
informasi untuk pembiayaan jasa, produk dan obyek lain yang menjadi kebutuhan/kepentingan
manajemen.
2. Menyediakan
informasi untuk perencanaan, pengendalian, pengevaluasian dan perbaikan
berkelanjutan.
3. Menyediakan
informasi untuk pengambilan keputusan.
Mengingat pentingnya
informasi akuntasi manajemen ini, manajer dan penguna lainnya harus mengetahui
bagaimana cara menggunakannya. Apapun bentuk orgasasinya, baik perusahaan
manufaktur maupun perusahaan jasa, manajer harus memiliki kemampuan yang cukup
dalam menggunakan informasi akuntansi.
Proses manajemen dilakukan melalui aktivitas-aktivitas berikut ini:
1. Perencanaan
(planning). Manajemen organisasi menentukan tujuan serta mengidentifikasikan
strategi dan metode untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Pengorganisasian
(organizing). Pengorganisasian meliputi pengaturan sumber daya yang dimiliki
oleh perusahaan untuk mencapai tujuan dan strategi yang ditetapkan, termasuk di
dalamnya mengembangkan struktur perusahaan untuk membagi berbagai
tanggungjawab,tugas dan wewenang pada masing-masing bagian.
3. Pengarahan dan
Pemberian Motivasi (directing/leading). Proses ini melibatkan aktivitas
operasional dari hari ke hari untuk menjaga kelancaran aktivitas organisasi,
antara lain melalui pemberian tugas kepada karyawan, penyelesaian masalah
rutin, penyelesaian konflik dan komunikasi efektif.
4. Pengendalian
(controlling). Pengendalian berfungsi untuk memastikan tercapainya tujuan
organisasi. Aktivitas manajerial ini memonitor implementasi suatu rencana dan
melakukan tindakan koreksi yang diperlukan. Pengendalian biasanya dicapai
dengan menggunakan umpan balik, yaitu informasi yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi atau memperbaiki langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan
rencana.
2.2 Konsep Biaya
Biaya (cost) adalah
sejumlah pengorbanan sumber daya ekonomi (kas atau ekuivalen kas) untuk melakukan
suatu kegiatan yang diharapkan akan menghasilkan manfaat ekonomi (pendapatan)
di masa yang akan datang. Sejumlah kas yang dikeluarkan untuk membeli bahan
baku akan menjadi biaya bahan baku tersebut. Demikian juga upah tenaga kerja
yang dibayarkan dan overhead pabrik yang digunakan untuk memproduksi produk
jadi merupakan biaya produk jadi tersebut. Sebelum terjual, produk jadi
tersebut merupakan aktiva yang disajikan di neraca sebesar biayanya. Jika
produk jadi tersebut terjual, maka biaya yang melekat padanya akan disajikan sebagai
beban (expense) di laporan rugi laba.
Hansen dan Mowen (2004:40), biaya didefinisikan
sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang
atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa yang akan
datang bagi organisasi.
Pengertian tersebut memiliki tiga unsur yang menjadi acuan sebuah hal
disebut sebagai biaya (cost). Pertama adalah kas atau nilai setara kas.
Hal tersebut menunjukkan bahwa biaya tidak selalu harus berupa uang (kas),
tetapi bisa juga berupa hal lain yang dapat bernilai uang. Unsur yang kedua
yaitu pengorbanan atas uang atau setaranya untuk mendapatkan barang dan jasa
yang diharapkan, menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh organisasi harus
memberi timbal balik yang diharapkan akan diterima. Organisasi tidak begitu
saja mengeluarkan uang (atau setara uang) tanpa memikirkan hasil dari
pengeluaran tersebut. Unsur yang terakhir adalah manfaat saat ini maupun masa
depan yang diharapkan organisasi dari biaya yang telah dikeluarkan. Organisasi
biasanya memiliki tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam buku “Activity Based Cost Sistem : Sistem Informasi Biaya
Untuk Pengurangan Biaya” definisi Biaya adalah
“Biaya (cost)
adalah kas atau nilai setra kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan
jasa yang diharapkan akan membawa manfaat sekarang atau di masa depan bagi
organisasi.”(Mulyadi, 2003:4)
Dalam buku yang sama, biaya sebagai expense didefinisikan sebagai
berikut:
“Biaya (expense)
adalah kas sumber daya yang telah atau akan dikorbankan untuk mewujudkan tujuan
tertentu.” (Mulyadi, 2003:4).
Dari berbagai macam definisi cost dan expense diatas umumya
mempunyai kesamaan makna, yaitu:
a.
Cost merupakan pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam
satuan uang yang terjadi atau secara potensial akan terjadi dan pengorbanan
tersebut untuk tujuan tetentu.
b.
Expense merupakan cost dari orang dan jasa telah menjadi
beban (expired) karena berlalunya waktu baik secara langsung maupun
tidak langsung terkait dalam proses untuk memperoleh pendapatan.
2.2 Objek Biaya
Suatu Objek biaya
adalah berbagai produk, jasa, pelanggan, aktivitas, atau unit organisasi dimana
biaya dibebankan. Produk, jasa, dan pelanggan pada umumnya merupakan objek
biaya; sementara dapertemen produksi dapat diperlakukan sebagai tempat
penampungan biaya atau objek biaya. Contoh: Sebuah mobil adalah objek biaya
jika kita ingin menentukan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sebuah
mobil. Akhir-akhir ini, aktivitas, yaitu suatu unit dasar pekerjaan yang
dilakukan dalam organisasi, juga digunakan sebagai objek biaya. Misalnya:
pemindahan bahan dan barang, pemeliharaan peralatan, perancangan produk,
pemeriksaan produk, dsb.
Biaya dapat dikelompokkan menjadi berbagai macam kelompok biaya.
Berikut ini disajikan pengelompokkan berbagai jenis biaya sesuai dengan dasar
yang digunakan. Penjelasan lebih lanjut akan diberikan pada pembahasan
selanjutnya.
Dasar
Pengelompokan
|
Jenis
Biaya
|
Fungsi Organisasi
|
1.
Biaya Produksi
a.
Biaya Bahan Baku
b.
Biaya Tenaga Kerja
c.
Biaya Overhead
2.
Biaya Non produksi
a.
Biaya Administrasi
b.
Biaya Penjualan
|
Perioda Penandingan
|
1.
Biaya Produk
2.
Biaya Periodik
|
Ketelusuran ke Objek Biaya
|
1.
Biaya Langsung
2.
Biaya Tidak Langsung
|
Perubahan Volume Kegiatan
|
1.
Biaya Tetap
2.
Biaya Variabel
3.
Biaya Campuran
|
Kemampuan Manajer untuk
Mengendalikan
|
1.
Biaya Terkendali
2.
Biaya Tak Terkendali
|
Pengambilan Keputusan
|
1.
Biaya Relevan
2.
Biaya Tidak Relevan
|
Dampak Keputusan terhadap
Biaya Keluar
|
1.
Sunk Cost
2.
Out Pocket Cost
|
Tabel 2.1. Jenis-jenis Biaya
Jenis Biaya menurut Fungsi Organisasi
Menurut fungsi organisasi, biaya dikelompokkan menjadi 2
jenis yaitu Biaya Produksi dan Biaya non Produksi. Untuk Biaya Produksi terdiri
dari 3 jenis yaitu:
a.
Biaya Bahan Langsung, yaitu bahan yang secara langsung dapat
ditelusuri ke barang atau jasa yang diproduksi. Contoh: besi pada mobil, kayu
pada furnitur, kain pada pakaian, gandum pada roti, dll
b.
Biaya Tenaga Kerja Langsung, yaitu tenaga kerja yang dapat
secara langsung ditelusuri ke barang atau jasa yang diproduksi. Contoh: gaji
buruh di pabrik, tenaga dokter dan perawat pada operasi, upah sopir pada
perusahaan angkutan.
c.
Biaya Overhead, yaitu seluruh biaya produksi lain, selain
biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Contoh: depresiasi
bangunan dan peralatan, pemeliharaan peralatan, supervisi, pajak, dll.
Sedangkan biaya non Produksi dijabarkan dalam 2 jenis yaitu:
a. Biaya
administrasi, merupakan biaya-biaya
untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran
b. Biaya
penjualan atau pemasaran, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan pemasaran produk. (bagaimana produk itu sampai ke pembeli)
Jenis Biaya menurut Perioda Penandingan
a.
Biaya Non periodik adalah semua biaya yang
terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu produk. Dalam produk
manufaktur, biaya-biaya ini terdiri dari biaya produk seperti: bahan langsung, tenaga kerja langsung,
overhead pabrik.
b. Biaya Periodik adalah semua biaya yang tidak termasuk dalam
biaya produk. Biaya ini adalah beban dalam laporan laba rugi dalam periode
dimana biaya tersebut terjadi dengan menggunakan peraturan akuntansi akrual.
Jenis Biaya menurut Objek Biaya
a.
Biaya langsung (direct cost) adalah biaya-biaya yang dapat
dengan mudah dan akurat dilacak atau ditelusuri ke objek biaya
(biaya yang kelihatan). Contoh: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya tidak langsung
(indirect cost) adalah biaya-biaya yang tidak dapat dengan mudah dan akurat
dilacak ke objek biaya. Contoh: biaya bahan tidak langsung (bahan untuk
pemeliharaan peralatan) dan biaya tenaga kerja tidak langsung (petugas
kebersihan, petugas keamanan)
Jenis Biaya menurut Volume Kegiatan
a. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak
terpengaruh oleh tingkat aktivitas dalam
kisaran relevan tertentu (dalam range tertentu) karena kalau
kapasitas produksi berubah, biaya tetap bias berubah.
b. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
sebanding dengan perubahan aktivitas dan volume produksi, sementara jumlah
perunitnya tidak berubah. Biaya yang memiliki karakteristik biaya variabel
sekaligus biaya tetap
c.
Biaya Campuran adalah terdapat pada
dua hal tersebut diatas
Jenis Biaya Menurut Kemampuan Manajer Untuk
Mengendalikan
a. Biaya terkendali (controllable cost), merupakan biaya yang dapat dipengaruhi secara
signifikan oleh manajer tertentu. Contoh biaya terkendali adalah biaya tenaga
kerja dan bahan langsung yang dikendalikan oleh pihak manajemen.
b.
Biaya tak terkendali adalah biaya yang tidak bias dibebankan
tanggung jawab pengeluarannya oleh seorang manajer pusat biaya. Contoh biaya
tak terkedali adalah penyusutan mesin. Hal ini dikarenakan biaya penyusutan
mesin tidak bias dipengaruhi dan bukan tanggung jawab manajer.
Jenis Biaya menurut Pengambilan Keputusan
a. Biaya relevan adalah data biaya yang diharapkan dimasa akan
dating yang berdeda dalam beberapa alternative keputusan
b. Biaya tidak relevan adalah data biaya masa lalu yang tidak relevan
karena tidak berbeda dalam beberapa alternatif keputusan
2.3
Pembebanan Biaya (Cost Assigment)
Pembebanan biaya merupakan proses pembebanan elemen biaya-biaya ke dalam
tempat penampungan biaya ke objek biaya. Ada dua jenis pembebanan, yaitu
penelusuran langsung untuk membebankan biaya langsung dan alokasi untuk
membebankan biaya tidak langsung. Biaya langsung (direct cost) dapat dengan mudah dan ekonomis ditelusuri secara
langsung ke tempat penampungan biaya atau objek biaya. Sebaliknya, tidak ada
cara yang mudah dan ekonomis untuk menelusuri biaya tidak langsung (indirect cost) dari biaya ke tempat
penampungan biaya atau dari tempat penampungan biaya ke objek biaya. Pembebanan
biaya tidak langsung ke tempat penampungan biaya dan objek biaya disebut
alokasi biaya (cost allocation),
yaitu suatu bentuk pembebanan di mana penelusuran langsung tidak mungkin
dilakukan sehingga digunakan penggerak biaya. Penggerak biaya yang digunakan
untuk mengalokasikan biaya disebut dasar alokasi (allocation base).
Keterlacakan (tracebility) adalah kemampuan untuk membebankan biaya pada suatu
objek biaya yang layak secara ekonomis melalui suatu hubungan sebab
akibat.
1. Biaya langsung (direct cost)
adalah biaya-biaya yang dapat dengan mudah dan akurat dilacak ke objek biaya.
Contoh: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya tidak langsung (indirect
cost) adalah biaya-biaya yang tidak dapat dengan mudah dan akurat dilacak
ke objek biaya. Contoh: biaya bahan tidak langsung (bahan untuk pemeliharaan
peralatan) dan biaya tenaga kerja tidak langsung (petugas kebersihan, petugas
keamanan)
Penelusuran (tracing) adalah pembebanan biaya ke objek biaya dengan menggunakan
ukuran yang dapat diamati atas sumber daya yang dikonsumsi oleh objek biaya.
Penelusuran biaya ke objek biaya dapat terjadi melalui cara berikut:
1. Penelusuran langsung (direct
tracing) merupakan proses pengidentifikasian dan pembebanan biaya yang
secara khusus dan secara fisik berhubungan dengan suatu objek biaya. Biasanya
dilakukan melalui pengamatan/observasi secara fisik. Contoh: penggunaan roda,
suku cadang dan upah tenaga perakitan dalam menentukan biaya produksi mobil.
Contoh objek biaya adalah makan malam. Misalnya Rahmat membeli dan
mengkonsumsi sepiring nasi dan sepotong daging serta 1 gelas es the dengan
biaya sebesar Rp 25,000. Biaya makan malam dapat langsung ditelusuri ditelusuri
ke Rahmat karena Rahmat sendiri yang menikmatinya sehingga biayanya dapat
secara langsung dibebankan ke objek biaya.
2. Penelusuran tidak langsung (indirect
tracing) merupakan penggunaan penggerak untuk membebankan biaya pada objek
biaya. Penggerak merupakan faktor penyebab teramati yang mengukur konsumsi
sumber daya oleh objek. Walaupun tidak seakurat penelusuran langsung, namun
jika hubungan sebab akibatnya baik, maka tingkat keakuratan yang tinggi dapat
diharapkan.
a. Penggerak sumber daya (resources
driver): mengukur permintaan sumber daya ke aktivitas dan digunakan untuk
membebankan biaya sumber daya ke aktivitas. Contoh: untuk membebankan biaya
sumber daya listrik yang dikonsumsi oleh aktivitas pemeliharaan peralatan,
digunakan penggerak sumber daya yaitu jam mesin.
b. Penggerak aktivitas (activity
driver): mengukur permintaan aktivitas oleh objek biaya, dan digunakan
untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya. Contoh: untuk membebankan
biaya aktivitas pemeliharaan peralatan ke objek biaya departemen produksi,
digunakan penggerak aktivitas yaitu jumlah jam kerja pemeliharaan.
Contoh penelusuran bergerak (driver
tracing):
A dan B makan siang bersama dengan memesan 1 pizza ukuran sedang
(terbagi menjadi 8 potong) seharga $8 dan 2 gelas minuman seharga $1 per gelas.
Berapa biaya yang dibebankan per orang? Untuk minuman dapat langsung ditelusuri
masing-masing 1 gelas = $1, untuk pizza jika A memakan 5 potong dan B memakan 3
potong, maka dengan penggerak; potongan pizza dapat dihitung tarif per potong
pizza dan dikalikan dengan jumlah potongan yang dimakan oleh A & B. Alokasi (Allocation) adalah
biaya yang terjadi tetap tidak memiliki hubungan sebab akibat dengan objek
biaya. Ada juga biaya yang tidak secara langsung dapat ditelusuri ke objek biaya. Apabila hal ini terjadi maka
alternative metode yang tersedia untuk membebankan biaya yang terjadi adalah
menggunakan metode pembebanan alokasi.
Karena tidak memiliki hubungan sebab akibat
langsung maka metode
alokasi dilakukan berdasarkan kemudahan
(convenience). Dasar alokasi
yang lazim digunakan adalah jam
mesin, jam kerja langsung, jumlah karyawan, luas lantai dan lain sebagainya.
Berikut contohnya:
Objek biaya : Meja
(produk)
Aktifitas :
Mendepresiasikan gedung
Biaya : Depresiasi
gedung
Dasar alokasi : Jam kerja
mesin
Pembebanan : Tidak ada hubungan
langsung dan sebab akibat antara
depresiasi gedung dan jumlah unit meja.
Perusahaan memutuskan mengalokasikan biaya depresiasi berdasarkan jam
mesin. Besarnya biaya depresiasi ditentukan berdasarkan besarnya jam mesin yang
dikonsumsi untuk memproduksi meja.
Metode Pembebanan Biaya
Gambar 2.1 Metode Pembebanan Biaya |
Dari ketiga metode tersebut, penelusuran langsung
merupakan metode yang paling akurat; metode ini bergantung pada hubungan kausal
yang dapat diamati secara fisik. Penelusuran penggerak berlangsung pada
faktor-faktor kausal, yaitu penggerak (driver),
untuk membebankan biaya ke objek biaya. Keakuratan penelusuran penggerak
tergantung pada kualitas hubungan kausal yang digambarkan oleh penggerak.
Pengidentifikasian penggerak dan penilaian kualitas hubungan kausal jauh lebih
besar biayanya dibanding penelusuran langsung atau alokasi. Alokasi merupakan
metode yang paling mudah dilakukan dan biayanya paling rendah. Namun alokasi
adalah metode yang tingkat keakuratan pembebanan biayanya paling rendah dan
penggunaannya juga harus diusahakan seminimal mungkin.
2.4
Biaya Produk dan Jasa (Product and Service Cost)
Keluaran (output) organisasi adalah objek biaya
yang paling penting. Keluaran yang dihasilkan oleh perusahaan bisa berbentuk
produk berwujud (tangible product)
dan jasa (service). Produk adalah
barang yang dihasilkan dengan mengubah bahan baku melalui penggunaan tenaga
kerja dan masukan (input) modal seperti
lahan, parik dan mesin. Bentuk produk (barang) seperti televisi, hamburger, kursi, pakaian dan lain
sebagainya. Sedangkan jasa adalah tugas atau aktivitas yang dilakukan untuk
seorang pelanggan dengan menggunakan
produk atau fasilitas dari organisasi.
Jasa juga diproduksi menggunakan bahan, tenaga
kerja, modal. Contoh jasa adalah perlindungan asuransi, perawatan kesehatan,
perawatan gigi, jasa pemakaman, jasa pengacara, akuntan, penyewaan kendaraan
dan lain sebagainya.
Perbedaan antara jasa dengan produk berwujud
terlihat dalam keempat dimensi berikut ini:
1.
Ketidakberwujudan (intangibility)
Produk (barang) memiliki wujud
fisik (bentuk), dapat disimpan dalam
waktu yang lama, bisa
dibawah-bawah dan terpisah dengan produsen. Jika kita ingin
memperoleh barang maka kita bisa
membelinya pada penjualnya jadi tidak perlu mendatangi produsen yang
menghasilkan barang tersebut. Jasa memiliki perbedaan dengan barang jasa tidak
memiliki wujud (intangibility)
artinya pembeli tidak dapat melihat, mencicipi, mendengar suatu jasa sebelum
jasa tersebut dibeli.
2.
Tidak tahan lama (perishability)
Jasa sifatnya tidak tahan lama
(perishability) artinya jasa tidak
dapat disimpan untuk kegunaan masa yang akan datang oleh pelanggan.
3.
Tidak terpisah (inseparability)
Tidak dapat dipisah
(inseparability) jasa tidak dapat dipisahkan dari produsennya, artinya produsen
dan pelanggan harus bertemu atau melakukan kontak langsung untuk
melakukan pertukaran. Contoh melakukan pemeriksaan mata berarti harus ada
kehadiran pelanggan dan dokter mata. Heterogenits artinya terdapat peluang
variasi yang besar pada penyelenggaran jasa daripada produksi produk.
4.
Keragaman (heterogeneity)
Adanya peluang variasi yang lebih besar dalam
penyelenggaraan jasa daripada produksi produk). Adanya kontak langsung antara
produsen dan konsumen jasa pada saat penyelenggaraan jasa. Penyelenggara jasa
dapat juga dipengaruhi oleh pekerjaan yang dilaksanakan, bauran individu
lainnya yang berkeja bersama mereka, pendidikan dan pengalaman mereka, serta
factor-faktor seperti kehidupan pribadi dan lain-lain ini menjadikan tingkat
produksi jasa yang konsisten
menjadi sulit. Perbedaan tersebut akan mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan.
2.5
Biaya yang Berbeda untuk Tujuan
Berbeda
Biaya produk adalah suatu pembebanan biaya yang
mendukung objek manajerial tertentu. Definisi biaya produk tergantung pada
tujuan manajerial yang ingin dicapai. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar
manajemen biaya, yakni ”biaya yang berbeda untuk tujuan berbeda (different cost for different purposes)”.
Jika tujuan manajemen adalah melakukan analisis laba strategis, maka semua
aktivitas yang ada dalam rantai nilai (merancang, mengembangkan, memproduksi,
memasarkan, mendistribusikan dan melayani produk) dibebankan ke produk. Namun
jika tujuan manajerial adalah jangka pendek/analisa laba taktis, seperti pada
keputusan menerima/menolak pesanan khusus, maka hanya aktivitas yang terdapat
dalam rantai nilai yang relevan (perancangan & pengembangan tidak lagi
relevan) yang digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke produk (biaya
produk operasi). Demikian pula halnya jika tujuan manajerial adalah untuk
penyusunan laporan keuangan eksternal, maka hanya biaya produksi yang digunakan
dalam perhitungan biaya produk (biaya produk tradisional).
2.6 Biaya Produk untuk
Pelaporan Keuangan Eksternal
Untuk tujuan kalkulasi biaya untuk pelaporan keuangan eksternal, biaya
dapat dikelompokkan menjadi biaya produksi dan biaya nonproduksi. Biaya
produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan
jasa. Biaya nonproduksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi perancangan
dan pengembangan, pemasaran, distribusi, layanan pelanggan dan administrasi
umum. Biaya pemasaran, distribusi dan layanan pelanggan biasanya dikelompokkan
sebagai biaya penjualan, sedangkan biaya perancangan dan pengembangan, biaya
akuntansi, dan biaya administrasi umum dikelompokkan sebagai biaya administrasi.
Biaya produksi dikelompokkan lebih lanjut menjadi biaya bahan langsung,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.
1. Biaya Bahan Langsung, yaitu bahan yang secara langsung dapat ditelusur
ke barang atau jasa yang diproduksi. Contoh: besi pada mobil, kayu pada
furnitur, kain pada pakaian,gandum pada roti, dll
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung, yaitu tenaga kerja yang dapat secara
langsung ditelusuri ke barang atau jasa yang diproduksi. Contoh: gaji buruh di
pabrik, tenaga dokter dan perawat pada operasi, upah sopir pada perusahaan
angkutan.
3. Biaya Overhead, yaitu seluruh biaya produksi lain, selain biaya bahan
langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Contoh: depresiasi bangunan dan
peralatan, pemeliharaan peralatan, supervisi, pajak, dll.
Biaya utama (prime cost) adalah biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja
langsung. Biaya konversi (conversion cost)
meliputi biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Biaya konversi dapat
dianggap sebagai biaya untuk mengubah bahan baku menjadi produk akhir.
2.7
Laporan Keuangan Eksternal
Dalam menyusun laporan keuangan eksternal, biaya-biaya harus
dikelompokkan berdasarkan fungsi. Ketika menyusun laporan rugi laba, biaya
produksi dan biaya nonproduksi harus dipisahkan. Biaya produksi dianggap
sebagai biaya produk sedangkan biaya nonproduksi dianggap sebagai biaya
periodik. Biaya produksi yang melekat pada produk yang sudah terjual dilaporkan
dalam laporan rugi laba, sedangkan biaya produksi yang melekat pada produk yang
belum terjual dilaporkan dalam neraca. Beban penjualan dan administrasi yang
dianggap sebagai biaya periodik dikurangi pada setiap periodenya dan dilaporkan
di laporan rugi laba.
2.7.1
Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur
Laporan laba rugi berdasarkan klasifikasi
fungsional untuk perusahaan manufaktur ditampilkan dalam gambar 2.3. Laporan laba rugi ini mengikuti format
tradisional diajarkan dalam kursus akuntansi keuangan pengantar. Penghasilan yang dihitung
dengan mengikuti klasifikasi fungsional sering disebut sebagai penyerapan-biaya
(fullcosting). pendapatan karena semua biaya manufaktur sepenuhnya ditugaskan untuk produk.
Dengan pendekatan penyerapan-biaya, biaya dipisahkan menurut fungsi dan
kemudian dipotong dari penjualan tiba di laba sebelum pajak penghasilan.
Sebagai dapat dilihat pada gambar 2.3, ada dua fungsi utama dari biaya: beban
pokok penjualan dan beban usaha. Kategori ini sesuai, masing-masing, untuk
biaya manufaktur dan non manufaktur perusahaan. Beban pokok penjualan adalah
biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang melekat pada
unit yang terjual. Untuk menghitung harga pokok penjualan, pertama-tama perlu
untuk menentukan harga pokok diproduksi.
Gambar 2.3 Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur |
2.7.2
Laporan Laba Rugi Perusahaan Jasa
Laporan laba rugi untuk perusahaan jasa disajikan
dalam gambar 2.4. Dalam organisasi layanan, biaya jasa yang dijual dihitung
berbeda dari biaya barang yang dijual di perusahaan manufaktur. Sebagai laporan
laba rugi mengungkapkan, tidak ada awal atau akhir persediaan barang jadi.
Tidak seperti perusahaan manufaktur, perusahaan jasa tidak memiliki barang jadi
persediaan-tidak mungkin untuk menyimpan jasa. Dengan demikian, dalam
perbandingan langsung dengan perusahaan manufaktur, biaya jasa yang dijual akan
selalu sesuai dengan biaya pokok produksi.
Gambar 2.4 Laporan Laba Rugi Perusahaan Jasa |
2.8
Overview terhadap Sistem Akuntansi
Manajemen
Sistem akuntansi manajemen dapat dikelompokkan dalam sistem tradisional
dan sistem kontemporer. Kedua sistem ini dipraktikkan dalam dunia bisnis.
Sistem akuntansi manajemen tradisional berbasis pada fungsional sedangkan
sistem akuntansi manajemen kontemporer berbasis aktivitas. Sistem manajemen
biaya kontemporer saat ini sudah mulai banyak digunakan, terutama dalam
perusahaan yang memiliki beragam produk yang kompleks dan beroperasi dalam
lingkungan yang kompetitif. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa sistem
tradisional ditinggalkan. Untuk lingkungan bisnis yang relatif stabil dan
variasi produk relatif kecil, sistem manajemen biaya tradisional masih
digunakan secara luas.
2.8.1
Sistem Akuntansi Manajemen
Tradisional
Sistem akuntansi manajemen tradisional hanya
memusatkan pada ukuran output aktivitas yang didasarkan pada volume produksi.
Pendekatan tradisional mengasumsikan bahwa semua biaya dapat diklasifikasikan
sebagai biaya tetap atau biaya variable sesuai dengan perubahan unit atau
volume produk yang diproduksi. Pembebanan biaya tradisional cenderung menjadi
alokasi intensif.
Tujuan kalkulasi biaya produk pada system
akuntansi biaya tradisional secara khusus dicapai melalui pembebanan biaya
produksi ke persediaan dan harga pokok penjualan untuk tujuan pelaporan
keuangan eksternal. Sistem akuntansi biaya tradisional sering menyediakan
varian yang berguna terhadap definisi biaya utama tradisional.
Pendekatan tradisional menelusuri biaya kepada
individu yang bertanggungjawab atas terjadinya biaya. Sistem imbalan digunakan
untuk memotivasi individu mengelola biaya. Pendekatan tersebut mengasumsikan
bahwa maksimisasi kinerja keseluruhan organisasi dicapai dengan mamaksimumkan
kinerja sub unit organisasi secara individu.
2.8.2
Sistem Akuntansi Manajemen
Kontemporer
Akuntansi manajemen kontemporer berkembang
sebagai reaksi terhadap perubahan signifikan pada lingkungan bisnis bersaing
yang dihadapi baik perusahaan jasa maupun manufaktur.Tujuan keseluruhan system,
manajemen biaya kontemporer adalah untuk meningkatkan kualitas, kepuasan,
relevansi, dan penetapan waktu informasi biaya.Pada umumnya lebih banyak tujuan
manajerial yang dapat dipenuhi dengan system kontemporer daripada dengan system
tradisional.
Akuntansi manajemen kontemporer menekankan
penelusuran alokasi yang disebut penelusuran intensif. Kalkulasi biaya produk
pada akuntansi manajemen kontemporer cenderung fleksibel. Informasi biaya
disediakan untuk mendukung tujuan manajerial yang berbeda termasuk tujuan
pelaporan keuangan.
Subsistem pengendalian kontemporer juga berbeda
secara signifikan dari system tradisional. Sistem tradisional menekankan pada
pengelolaan biaya. Namun consensus yang dikemukakan menyatakan bahwa manajemen
aktifitas adalah kunci keberhasilan pengendalian dalam lingkungan manufaktur
kontemporer. Jadi, ABM adalah inti dari pengendalian kontemporer. Manajemen
berdasarkan aktivitas memusatkan perhatian pada manajemen aktivitas yang
bertujuan meningkatkan nilai yang diterima pelanggan dan laba yang diterima
atas pemberian nilai tersebut.Jadi, pengendalian kontemporer memerlukan
informasi aktifitas yang terinci, pada akuntansi manajemen kontemporer, baik
ukuran kinerja keuangan maupun non keuangan.
Berikut ini adalah perbandingan antara sistem
manajemen biaya tradisional dan kontemporer:
Pembeda
|
Berbasis Fungsional
|
Berbasis Aktivitas
|
1. Penggerak
|
Berbasis
unit
|
Berbasis
unit dan non unit
|
2. Sifat
|
Alokasi
|
Penelusuran
|
3. Pembebanan Biaya
|
Sempit dan
Kaku
|
Luas dan
Fleksibel
|
4. Fokus
|
Mengelola
biaya
|
Mengelola aktifitas
|
5. Sifat Informasi aktivitas
|
Jarang,
menyebar
|
Detil/Rinci
|
6. Kinerja
|
Maksimalisasi
kinerja individu
|
Maksimalisasi
kinerja sistematik
|
7. Penilaian kinerja
|
Menggunaka
ukuran kinerja keuangan
|
Menggunakan
kinerja keuangan dan non keuangan
|
Tabel 2.2. Ikhtisar
Perbandingan antara Sistem Manajemen Biaya Tradisional dan Kontemporer
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Pembebanan biaya merupakan proses pembebanan elemen biaya-biaya ke dalam
tempat penampungan biaya ke objek biaya. Ada dua jenis pembebanan, yaitu
penelusuran langsung untuk membebankan biaya langsung dan alokasi untuk
membebankan biaya tidak langsung. Biaya langsung (direct cost) dapat dengan mudah dan ekonomis ditelusuri secara
langsung ke tempat penampungan biaya atau objek biaya. Sebaliknya, tidak ada
cara yang mudah dan ekonomis untuk menelusuri biaya tidak langsung (indirect cost) dari biaya ke tempat
penampungan biaya atau dari tempat penampungan biaya ke objek biaya. Pembebanan
biaya tidak langsung ke tempat penampungan biaya dan objek biaya disebut
alokasi biaya (cost allocation),
yaitu suatu bentuk pembebanan di mana penelusuran langsung tidak mungkin
dilakukan sehingga digunakan penggerak biaya. Penggerak biaya yang digunakan
untuk mengalokasikan biaya disebut dasar alokasi (allocation base).
DAFTAR
PUSTAKA
Anthony, R.N., dan Govindarajan, V. 2001. Management Control Systems. Tenth Edition. New York: McGraw-Hill
Irwin.
Garrison
dan Noren. 2006. Managerial Accounting.
Eleventh Edition. Mc Graw Hill.
Hansen, D.R., dan Mowen, M.M. 2005. Managerial
Accounting. Seventh Edition. Cincinnati: South-Western College Publishing
(HM).
Rayburn, L.G. Akuntansi Biaya:
dengan Menggunakan Pendekatan Manajemen Biaya. Edisi 6. Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Rayburn, L.G. Akuntansi Biaya: dengan Menggunakan
Pendekatan Manajemen Biaya. Edisi 6. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Sugiri, S., dan Sulastiningsih. 2004. Akuntansi Manajemen: Sebuah Pengantar. Edisi Ketiga. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN.
Young, M.S. 2001. Readings in
Management Accounting. Englewood Cliffs: Prentice Hall.
Comments
Post a Comment